Rabu, 10 April 2019

Jemparing Panca Wisaya (Panah Lima Kerinduan)

Jemparing Panca Wisaya (Panah Lima Kerinduan)


Kahyangan Jonggring Saloka gempar!

Tersiar berita bahwa sepasukan besar dari bangsa raksasa yang dipimpin Prabu Nilarudraka berniat ngluruk ke istana taman langit. Tujuan mereka hendak meminang salah satu bidadari Kahyangan.

Keadaan menjadi panik, ketika para Dewata mengetahui bahwa yang bisa mengalahkan raja bangsa Kala (raksasa) itu hanyalah Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru). Padahal, Bathara Guru sedang melakukan tapa brata.

Tidak ada yang akan sanggup membangunkan Sang Hyang Manikmaya. Raja istana taman langit.

“Satu-satunya cara memancing Bathara Guru mengakhiri tapa brata hanya dengan mengingatkan dia kepada cintanya, Bethari Durga. Karena Sang Hyang Manikmaya pasti sedang menahan rindu teramat dalam kepada istrinya yang sedang mengandung.” Jelas Bathara Ismaya.

“Rindu?” Ucap Bathara Narada sembari bertanya-tanya.

“Jemparing Panca Wisaya!” Seru Bathara Ismaya seraya berdiri saat menemukan gagasan.

Para Dewata yang berkumpul di paseban Kahyangan Suralaya sepakat bahwa Sang Hyang Manikmaya harus dibangunkan dengan pengingat kerinduan.

Jemparing Panca Wisaya. Pusaka milik putra Bathara Ismaya.

Dipanggillah seorang Dewa muda, Bathara Kamajaya yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan putri Bathara Soma. Dewi Kamaratih. Kahyangan Jonggring Saloka gempar!

Tersiar berita bahwa sepasukan besar dari bangsa raksasa yang dipimpin Prabu Nilarudraka berniat ngluruk ke istana taman langit. Tujuan mereka hendak meminang salah satu bidadari Kahyangan.

Keadaan menjadi panik, ketika para Dewata mengetahui bahwa yang bisa mengalahkan raja bangsa Kala (raksasa) itu hanyalah Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru). Padahal, Bathara Guru sedang melakukan tapa brata.

Tidak ada yang akan sanggup membangunkan Sang Hyang Manikmaya. Raja istana taman langit.

“Satu-satunya cara memancing Bathara Guru mengakhiri tapa brata hanya dengan mengingatkan dia kepada cintanya, Bethari Durga. Karena Sang Hyang Manikmaya pasti sedang menahan rindu teramat dalam kepada istrinya yang sedang mengandung.” Jelas Bathara Ismaya.

“Rindu?” Ucap Bathara Narada sembari bertanya-tanya.

Jemparing Panca Wisaya!” Seru Bathara Ismaya seraya berdiri saat menemukan gagasan.

Para Dewata yang berkumpul di paseban Kahyangan Suralaya sepakat bahwa Sang Hyang Manikmaya harus dibangunkan dengan pengingat kerinduan.

Jemparing Panca Wisaya. Pusaka milik putra Bathara Ismaya.

Dipanggillah seorang Dewa muda, Bathara Kamajaya (anak Bathara Ismaya dan Dewi Senggani) yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan Dewi Kamaratih, putri Bathara Soma.

*****

Pasangan pengantin muda, Bathara Kamajaya (Dewa Asmara) dan Dewi Kamaratih (Dewi Cinta) sedang berjalan di taman Cakra Kembang ketika utusan Bathara Ismaya menghadapnya.

“Pukulun, Sang Hyang Ismaya memanggil sang putra ke paseban agung.” Ucap utusan.

“Untuk apa?” Tanya Dewa yang mengemban anugerah tertinggi lelaki itu. Berupa ketampanan paling elok sejagad.

“Sepertinya ada tugas yang akan diberikan kepada pukulun.” Jelas utusan.

“Baik, kembalilah. Aku akan menyusul.” Jawab Bathara Kamajaya.

Dikecupnya kening istri tercinta, Dewi Kamaratih. Bidadari yang mendapat anugerah kecantikan paling elok sejagad.

“Adinda, aku merasa tugas yang akan diberikan kepadaku ini sangatlah berat. Jaga dirimu baik-baik.” Pamit Bathara Kamajaya.

“Jaga dirimu juga, kakanda. Untuk hatiku.” Balas Dewi Kamaratih. 

Sang istri juga merasakan kekhawatiran yang sama. Sebagai seorang Bethari, mata batinnya bisa menangkap  tanda-tanda peristiwa yang akan menimpa kekasih hatinya.

Menghadap sang putra kepada ayahnya di paseban agung Kahyangan Suralaya. Sudah berkumpul para Dewata disana. Semua menunggu kedatangan Bathara Kamajaya.

“Ada apa ayahanda memanggilku?” Sungkemnya kepada Bathara Ismaya.

“Kamajaya, Kahyangan sebentar lagi akan diserang Nilarudraka. Hanya Sang Hyang Manikmaya yang bisa mengalahkannya. Sementara, dia sedang bertapa brata saat ini. Datanglah ke pertapaan Bathara Guru. Bangunkan dia dengan Jemparing Panca Wisaya!” Perintah Bathara Ismaya.

“Sendika dhawuh, rama pukulun!” Jawab Bathara Kamajaya.

*****

Melesat Bathara Kamajaya meninggalkan paseban agung. Menuju pertapaan Bathara Guru.

Sampai di tempat persemedian, Ia mengendap-endap mendekati Sang Hyang Manikmaya yang memejamkan mata sambil duduk bersila.

Berkali-kali Bathara Kamajaya mencoba membangunkan dengan melemparkan batu kecil dan patahan ranting kayu. Tetapi Bathara Guru tak sedikitpun bergeming.

Sang Dewa Asmara pun mencabut pusaka andalannya. Jemparing Panca Wisaya.

Panca berarti lima. Wisaya adalah rindu.
“Panca Wisaya” itu berupa rindu pada suara merdu, rindu pada rasa enak, rindu pada belaian kasih sayang dan rindu pada bau yang harum.
Panca Wisaya berwujud anak panah dengan mata kembang. Jika dilepaskan, akan menebarkan aroma harum yang menusuk lima indera.

Melesatlah pusaka milik Bathara Kamajaya ke tempat Bathara Guru bertapa brata. Dalam sekejap, raja istana taman langit pun perlahan mulai terbangun. Dalam penciumannya, aroma harum yang membangunkannya berasal dari istri tercinta. Bethari Durga.

Betapa terkejutnya Sang Hyang Manikmaya, ketika ia membuka mata bukan sang istri yang datang. Tetapi Bathara Kamajaya.

Bathara Guru murka!

Ditatapnya Bathara Kamajaya dengan mata ketiga yang berada di dahi Sang Mahadewa. Mata yang merah menyala karena menahan amarah.

Seketika Bathara Kamajaya terbakar!

Sorot mata Sang Hyang Manikmaya membakar hangus tubuh Bathara Kamajaya hingga hancur jadi abu.

Berlari Dewi Kamaratih yang sejak keberangkatan suaminya sudah berfirasat buruk, sehingga diam-diam mengkuti. Ia menceburkan diri ke kobaran api yang membunuh Bathara Kamajaya. Putri Bethari Soma itupun ikut hangus terbakar menjadi abu.

Bersatulah pasangan suami istri itu di alam keabadian. Bersama tali cinta dan pernikahan mereka yang abadi pula.

Datang Behara Ismaya, Bathara Narada dan para Dewata ke hadapan Bathara Guru. Kepada Sang Hyang Manikmaya, mereka menjelaskan bahwa sebenarnya Bathara Kamajaya hanya menjalankan tugas dari para Dewata. Membangunkan Bathara Guru dari tapa brata demi menyelamatkan Kahyangan dari Prabu Nilarudraka.

Para Dewata memohonkan ampun kepada Sang Hayang Manikmaya. Mereka juga meminta agar Bathara Guru menghidupkan kembali Bathara Kamajaya dan Dewi Kamaratih.

“Sabdaku tidak bisa dicabut, pukulun!” Ucap Sang Mahadewa.

“Tetapi karena Kamajaya gugur sebagai pahlawan Kahyangan, aku akan mengabulkan permintaan kalian, para Dewa.” Lanjutnya.

“Bathara Kamajaya dan istrinya Dewi Kamaratih akan kuhidupkan kembali. Tetapi tidak di sini. Tempat mereka ada di Arcapada. Di dunia fana, mereka akan hidup kembali di hati para suami dan istri. Cinta dan kasih sayang mereka akan abadi di sana, selama pasangan suami istri itu bisa menempatkan diri dalam bhaktinya masing-masing!” Sabda Bathara Guru, Sang Hyang Manikmaya. Sang Mahadewa.

http://dloverheruwidayanto.blogspot.com/2016/09/legenda-cinta-kamajaya-kamaratih.html
https://caritawayang.blogspot.com/2013/02/smaradahana.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar